Tahun demi tahun secara silih berganti telah kita lewati. Berbagai dinamika kehidupan tentu masing-masing kita mengalaminya. Namun, satu hal yang seringkali menjadi pertanyaan yang begitu substantif bagi kita adalah tahun berubah tapi nasib kapan berubah?
Allah SWTsebagai Pencipta Alam Semesta ini secara jelas telah memberikan pedoman dan petunjukbagi manusia sebagaimana dalam Firman-Nya: ”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS 13:11).Begitu jelas sekali makna yang bisa kita tangkap dari ayat ini. Bahwa sebagai manusia yang telahdibekali dengan berbagai potensi dan kekuatan baik secara fisik, spiritual, maupun pemikiran, makakita diminta merubah keadaan agar menjadi lebih baik. Perubahan itu akan dapat kita lakukan dengancara mengoptimalisasi berbagai potensi dan kekuatan yang telah diamanahkanNya kepada setiapmanusia. Segala potensi dan kekuatan itu akan dapat kita aktivasikan ketika kita mampu menghadirkansemangat dan dan jiwa optimis dalam diri kita. Optimisme yang ada dalam jiwa kita akan mampumemberikan ruh pada diri kita untuk bisa berusaha, bangkit dan pantang menyerah. Oleh karena itu,semangat dan jiwa optimis itu perlu terus ditanam, dipupuk, dirawat dan ditumbuhkembangkan.Lantas, bagaimana cara membangun semangat dan jiwa optimis itu? Banyak cara dan jalan yang bisakita tempuh agar semangat dan jiwa optimis itu senantiasa hadir dalam jiwa kita.
Pertama, dengan ilmu. Kedudukan orang beriilmu itu begitu mulia baik dimata manusia apalagi dalam pandangan SangPencipta Alam Semesta. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa orang berilmu merupakan tempatbertanya¸ belajar dan rujukan bagi manusia. Disisi Allah SWT kedudukan orang berilmu ditinggikan beberapa derajat. FirmanNya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Danapabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orangyang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ”(QS. Al-Mujadila [58]: 11).
Jadi jelas sekali bahwa kedudukan ilmu itu begitu penting. Untuk itu, kita wajib menuntut ilmu ituapakah melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Keberadaan Ilmu ini akan memberikanpanduan pada diri, keluarga, masyarakat, negara bahkan bangsa-bangsa di dunia. Dengan bekal ilmu jualah banyak negara dan bangsa di dunia ini berhasil menjadi negara dan bangsa yang maju. Salahsatu contohnya adalah negara tetangga kita Singapura. Kita ketahui dari berbagai berita dan literatur bahwa Singapura itu tidak memiliki sumberdaya alam yang memadai, namun sumberdaya manusianyabegitu mumpuni. Mari kita simak apa yang dikatakan Prof. Goh Chor Boon Wakil Direktur NatioanlInstitute for Education (NIE) salah satu lembaga pendidikan pemerintah terbesar di Singapura, “Kami tidak punya sumber daya alam, kami tidak punya tambang, kami hanya punya human resources. Kalau kami tidak punya pendidikan yang baik, maka kami tidak akan bertahan.” Jadi, betapa ilmu sangat berkontribusi besar dalam memajukan sebuah bangsa.
Kedua, dengan do’a. Do’a adalah ibadah. Do’a merupakan sebuah permohonan seorang hamba yang lemah, hina, dan tak berdaya kepada Tuhannya. Jadi do’a merupakan senjata untuk menggapai kemuliaan dan kesuksesan. Allah SWT dengan jelas memberikan petunjuk agar kita senantiasa berdo’a. Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk nerakaJahannam dalam keadaan hina dina”.
Jadi, marilah senantiasa berdo’a untuk segala aktivitas yang kitalakukan. Dan jangan lupa juga untuk mendo’akan orang-orang dekat kita mulai dari anak, isti/suami,orang tua, bahkan lingkungan, negara dan bangsa ini serta orang-orang yang keadaannya masihteraniaya baik karena penjajahan maupun karena musibah bencana alam dan sosial. Bisa jadi dengan keikhlasan do’a yang kita panjatkan kepada Ilahi, pintu solusi dan kesuksean menjadi terbuka. Bahkan, seorang anak yang sukse di dalam ujiannya, boleh jadi disebabkan karena keikhlasan dari do’a-do’a yang dipanjatkan orang tuanya kepada Rob Semesta Alam.
Ketiga, dengan kesungguh-sungguhan. Salah satu bentuk kesungguh-sungguhan kita dalammelakukan sesuatu adalah dengan senantiasa melakukan secara berulang-ulang, pantang menyerahdan tidak mudah bosan. Sesuatu yang kita lakukan berulang-ulang akan memberikan kita kepahamandan kemahiran. Sesuatu yang kita lakukan berulang-ulang itulah yang akan memberikan kitakebiasaan.
Maka kemampuan dan kemahiran yang ada pada diri kita bisa jadi bukan karenakecerdasan yang kita miliki namun karena kita melakukannya secara konsisten dan berkelanjutan yangakhirnya menjadi kebiasaan. Oleh karena itu, kesungguh-sungguhan kita dalam melakukan sesuatuinsya Allah akan melahirkan optimisme.Bangsa ini dengan segala dinamika dan problematika sosialnya, saat ini dan kedepan sangatmembutuhkan orang-orang yang memiliki semangat dan jiwa optimis. Jiwa-jiwa yang senantiasaoptimis inilah kita harapkan dapat mengubah nasib bangsa ini agar mampu membangun bangsa inimenjadi lebih maju, bermartabat dan berperadaban dalam bingkai nilai-nilai kejujuran, keadilan dankebenaran. *) Penulis, Efri S. Bahri, Direktur GICF. Versi awal dimuat di media Sumbaronline.